Rabu, 14 November 2018

BATU LUKIS MOWEWE

Oleh : Hedianto Ismail

Setelah lama diniatkan akhirnya bisa melihat secara dekat Batu Lukis yang bertempat di Desa Ulu Mowewe, Kecamatan Mowewe, Kabupaten Kolaka Timur. Kurang lebih sekitar empat jam perjalanan dari Kota Kendari.

Menurut cerita dari masyarakat bahwa Batu Lukis adalah sebuah batu yang berada ditengah kali, yang dipercayai oleh penduduk sekitar sebagai sisa peninggalan masa lalu. Dinamakan nya batu lukis karena di batu tersebut ada sisi tapak atau jejak dari manusia dan hewan.
Konon ketika Mowewe dilanda kemarau panjang, masyarakat setempat dituntun juru kunci akan melakukan ritual pembasahan batu dengan niat untuk meminta hujan dan setelah batu dibasahi maka seketika juga hujan akan turun membasahi Mowewe.

Kondisi batu lukis saat ini sudah tidak terawat lagi, bahkan jejak tapak yang ada sudah samar untuk dilihat. Semoga saja ada kesadaran dari Pemerintah setempat untuk melestarikan Batu Lukis sebagai cagar budaya milik Suku ToLaki Mekongga di Desa Ulu Mowewe.

Selasa, 24 Juni 2014

Sejarah singkat P.D.K (Pasukan Djiehad Konawe)

P.D.K (Pasukan Djihad Konawe)
Sekitar thn 1950 atau awal thn 1951 gejolak kekacauan di sulawesi tenggara sudah mulai tampak, bermula di kolaka, kahar muzakar dengan pasukannya memsuki sulawesi tenggara dan menguasai wilayah kendari terus ke arah selatan di sekitar boepinang yang di ikuti perampokan,penculikan dan pembunuhan mewarnai masa itu..
Sejalan dengan meningkatnya aktivitas gerilyawan DI/TII di sulawesi tenggara, maka kewedanan kendari di tempatkan satu batalyon infantri secara berturut-turut adalah batalyon 704 Ko DPSST, kemudian batalyon 512 dari brawijaya, batalyon 718 Ko DPSST, selanjutnya batalyon 718 di tarik dan di ganti mobrig dari jawa timur (rivai nur, 1999: 90)
kehadiran batalyon 704 sebagai perintis operasi militer di kewedanan kendari tdk sprti yang di harapkan sebagai pelindung rakyat, sebaliknya kehadiran batalyon 704 di kendari rakyat mengalami penyiksaan, gadis gadis di ambil secara paksa. Tindakan yang sama di lanjutkan oleh pasukan batalyon 512 brawijaya dan kejahatan itu trus berlangsung hingga datangnya batalyon 718.
Hadirnya batalyon 718 di wilayah kendari menggantikan batalyon 512, rakyat menyambut dengan gembira, mereka menaruh harapan perlindungan dari gangguan dan teror DI/TII pada batalyon ini. Awal mula kehadiran batalyon 718 rakyat dengan sukarela membantu keperluan dan tugas mereka, dalam beberapa hal seperti kebutuhan pangan, rakyat dengan sukarela membantu membrikan kebutuhan-kebutuhan itu, bahkan anggota porsonil batalyon 718 sering di undang oleh penduduk untuk di jamu makanan dan di suguhkan minuman. Pendirian pos pos penjagaan rakyat dengan sukarela datang membantu.

Kerjasama antara tentara dan rakyat hanya berlangsung pada masa awal kedatangan mereka, namun karena tingkah laku para anggota batalyon yang kian hari smakin buruk mengakibatkan rakyat tidak mau lagi untuk bekerjasama dengan tentara, bahkan rakyat menjadi menutup diri. Harapan rakyat untuk mendapatkan rasa aman dan perlindungan dari batalyon ini tdk terpenuhi, bahkan penderitaan yg selama ini mereka rasakan akibat dari tekanan gangguan DI/TII menjadi lebih parah. Akibatx, brdampak pada kehidupan rakyat, DI/TII menjadi semakin gencar melakukan teror, perampokan, penculikan dan pembunuhan, sebagai jawaban dan bentuk perlawanan mereka atas pengiriman pasukan operasi untuk menumpas habis gerilyawan di Sulawesi Tenggara..
Kerusakan struktur pertanian atau perkebunan rakyat akibat pembakaran dan pengrusakan oleh DI/TII di tambah lagi pemerasan dan perampasan harta milik rakyat merupakn salah satu sebab utama timbulnya kemiskinan dan kelaparan di wilayah kendari terutama di desa-desa. Tingginya tingkat intensitas perampokan, pemerkosaan dan perampasan ternak yang sering terjadi di wilayah kendari mengakibatkan lumpuhnya sistem pemerintahan, yang ada hanya ketakutan di kalangan rakyat. Di wilayah kendari bagian selatan seperti lambuya, motaha, tinanggea, landono pada masa itu prnah di landa kelaparan total akibat perampasan dan perampokan oleh DI/TII di tambah batalyon 718, sehingga orang makan apa saja yang bisa di makan, tidak hanya itu struktur sosial budaya juga menjadi porak poranda, adat istiadat daerah kendari tidak di hormati lagi bahkan tidak di hiraukan lagi keberadaannya (lambauta, wawancara 12 april 2001).
Dampak dari kekejaman tindakan batalyon 718 sudah mulai di rasakan sejak tahun 1955 dngn mulai beraninya rakyat melawan demi keluarga dan hartanya yang hal demikian oleh batalyon 718 di tafsirkan sebagai perlawanan. Kendati pun berbagai prlawanan individu sering kali terjadi sebagai protes tindakan-tindakan batalyon 718, akan tetapi tidak menyurutkan aktivitas mereka. Perampasan milik rakyat di barengi tindakan kekerasan malah terus meningkat.
Pada tahun 1953, Alim Taufik berangkat ke kendari setelah bergerilya dengan pasukan hasan basri di kalimantan barat balikpapan karena mendengar berita bahwa di sulawesi tenggara khususnya kendari rakyat mengalami penyiksaan. Setelah Alim Taufik kembali, ia menyaksikan sendiri kebenaran berita itu. Alim Taufik juga merasakan ketidak adilan, terutama pada orang orang tolaki sebagai penduduk asli pribumi.
Untuk melawan ketidak adilan dan tindakan semena-mena, Alim Taufik menghubungi tokoh tokoh bangswan dan pemuda antara lain, Lambauta dari tokoh pemuda, Abdul Sama dari tokoh bangsawan, dan Nurdin Rasiddin dari tokoh pemuda. Mereka bertemu di bekas gedung Zeending School (bioskop lama kota).
Pada bulan maret 1955, mereka membahas tentang keadaan dan situasi kendari yang semakin kacau. Idrus Taufik kemudian mengusulkan membntuk suatu organisasi kelasyakaran untuk melawan ketidak adilan dan tindakan semena-mena yang menimpa rakyat. Usulan ini di terima oleh ke empat tokoh tersebut. Dalam pertemuan penting ini mereka sepakat mengundang tokoh tokoh lainnya yang berada di distrik-distrik pada wilayah kewedanan kendari dalam rangka musyawarah pembentukan organisasi dengan tempat di distrik konda pada tanggal 5 mei 1955.
Hasilnya hadir beberapa tokoh-tokoh yang diundang, antara lain:
1. Idrus taufik
2. MR. Pabelu
3. Mandaha/H. Umar (kepala distrik laeja) mewakili klompok tua
4. Tambi alimin zulkarnaen (mewakili pemuda lasolo)
5. Kasim jufri (mewakili pemuda lambuya)
6. Lambauta dari tokoh pemuda konda
7. Samsuddin dari tokoh pemuda kolaka
8. Sikala pidani dari bangsawan
9. Nurdin rosyidin dari pemuda
10. Abdul husain tamburaka
11. Toka arifin dari pegawai negeri (guru)
12. Hamid hasan

dalam pertemuan ini di sepakati membentuk kelasyakaran tetapi mereka kemudian terbentuk pada penamaan organisasi itu. Idrus Taufik tampil mengusulkan nama organisasi itu adalah "Pasukan Djihad Konawe" di singkat PDK dengan menjelaskan arti dan maksud dari pemberian nama PDK yang terdiri dari 3 suku kata, "Pasukan,Djihad,Konawe".
Pertama, ia memilih suku kata "Pasukan" dengan maksud bahwa pasukan adalah organisasi yang dapat memberi dorongan moril tinggi pada setiap personilnya, dan sifat organisasi ini bergerak, menyerupai tentara yaitu bergerak mengadakan perlawanan fisik.
Kedua, ia memlih suku kata "Djihad" dengan mksud bahwa kata djihad adalah berarti berjuang untuk menegakkan kebenaran, dan mencegah kemungkaran, di dalamnya ada kewajiban dan motivasi mati syahid, ini di ilhami dari ceramah-ceramah agama yang di dengarnya semasa masih di makassar..
Ketiga, ia memlih suku kata "Konawe" dengan alasan konawe adalah nama Kerajaan Tolaki yang pernah berjaya sehingga nama konawe memiliki pengaruh sosial yakni pemersatu orang Tolaki dan persaudaraan serta persamaan, yakni dengan luwu, makassar, bone, ternate dan bungku.
Setelah Alim Taufik mengemukakan nama organisasi ini dengan di sertai alasan-alasan maka ke dua belas anggota menyetujui nama organisasi ini yaitu "Pasukan Djihad Konawe". Selanjutnya ke 12 tokoh ini di tambah Alim Taufik mengikrarkan janji untuk bersatu padu dalam melawan keserakahan,ketidak adilan dan kekuasaan.

Sumber : Sejarah Identitas Suku Tolaki (Basrin Melamba)

KaloSara




Kalo Sara merupakan tata nilai yang mengatur lembaga, suku dan lain hal agar suku tolaki di dunia dan akhirat aman dan kekal untuk sepanjang zaman bila melestarikan budaya tolaki. Kalo sara juga merupakan sesuatu yang yang mampu menciptakan suasana ditengah-tengah masyarakat yang modernisasi.

Kalo sara ditempatkan sebagai pengantar tata kehidupan dan penghidupan dalam pergaulan, kerukunan, dan kedamaian yang bersendikan norma-norma, hukum adat yang diberlakukan di semua tingkatan ataupun golongan.

Selanjutnya kalo sara dalam masyarakat suku adat tolaki ditempatkan secara terhormat dan tertinggi dalam kehidupan didunia dan akhirat

Pengertian kalo sara menurut almarhum Prof. Dr. Abdul Rauf Tarimana adalah sebuah lingkaran kota yang terdiri dari tiga lilit. Kalao sara ditempatkan sebagai pengantar tata hidup dan penghidupan dalam penghidupan, kerukunan, dan kedamaian yang bersendikan norma-norma hukum.

Kalo sara terbagi tiga golongan/tingkatan yaitu :
1.      Lingkaran sebesar bahu (sebesar 45 cm). Digunakan untuk bangsawan,
2.      Lingkaran sebesar kepala (sebesar 40 cm). Digunakan untuk orang kebanyakan,
3.      Lingkaran sebesar lutut (sebesar 30 cm).

Pada hakekatnya kalo menurut hukum adat tolaki merupakan simbol kelahiran dan kehidupan manusia dimuka bumi sampai akhir hayat.
Adapun filosofi lingkaran kalo adalah sebagai berikut :
1.      Pada saat kita lahir didunia melewati rahim ibu sehingga dalam agama islam menjelaskan bahwa surga berada ditelapak kaki ibu. Sementara itu proses kelahiran normal bayi manusia adalah kepala yang muncul pertama di dunia dan menyusul anggota badan lainnya,
2.      Lingkaran kalo dimaksud merupakan simbol perkawinan hubungan badan suami istri melewati vegina (rahim istri) untuk mengembangkan keturunan manusia.
3.      Lingkaran kalo tersebut merupakan simbol kematian, karena manusia dimuka bumi ini pasti mengalami kematian dan melalui liang lahat atau liang kematian.

Jadi pada hakekatnya lingkaran kalo tersebut adalah simbol manusia, norma, kepala, bahu dan lutut, kaki  atau anggota tubuh lainnya. Dari ketiga tubuh manusia tersebut yang pertama menghirup udara didunia waktu dilahirkan adalah kepala letaknya diatas dan tertinggi dari anggota tubuh lainnya. Pada bagian kepala terdapat panca indra dan terdapat otak yang berfungsi sebagai alat berpikir untuk merencanakan dan melaksanakan keinginan manusia baik positif maupun negatif yang dikoordinasikan dengan hati atau roh dan syaraf lainnya untuk didekati atau dilaksanakan sehingga kepala adalah kekusaan tertinggi dan kehormatan bagi manusia baik lahiria maupun batiniah.

Kalo Sara Menurut Hukum Adat Tolaki Bila mana terdesak pengganti kalo untuk menyelamatkan jiwa dari bahaya sesama manusia dapat langsung membuka tutup kepala baik kopiah maupun destor (lesu-usu) dan meletakkan dihadapan lawan.

Filosofinya merupakan pengganti kepala, sehingga fungsi kalo dapat meredam emosional manusia dari kemarahan dan itulah sakralnya kalo bagi masyarakat. Hukum adat tolaki, serta diyakini manusia siapa saja yang melanggar dapat terkena dampak negatif atau sangsi.

Makna lambang kalo sara adalah sebagai berikut :
1.      Kalo sara rotan yang di tiga dan kedua ujungnya diikat satu yang bermakna suatu persatuan dan kesatuan dalam kehidupan masyarakat.
2.      Bentuk kalo yang bulat melambangkan kesatuan rohani dan jasmani dari unsur mnusia yang utuh.
3.      Sehelai kain putih yang menjadi alas pertama dari kalo tersebut melambangkan kesucian, ketentraman, kesejahteraan, dan kemakmuran
4.      Talam persegi empat yang terbuat dari anyaman daun pandan sebagai alas paling bawah dari kalo melambangkan unsur-unsur kesenian yang terdiri dari unsur angin, air, udara, api,yang ada pada manusia.

Dalam kalo itu sendiri apa bila diletakkan bersamaan dengn aksesorisnya dalam suku tolaki maka kalo juga dapat disimpulkan dari tiga komponen stratifikasi sosial sebagai berikut :
1.      Golongan bangsawan disimbolkan dengan lingkaran rotan,
2.      Golongan orang kebanyakan (rakyat) disimbolkan dengan kain putih,
3.      Golongan budak disimbolkan dengan wadah anyaman.

Kalo sara yaitu kalo yang digunakan sebagai alat upacara perkawinan adat, upacara peantikan raja di zaman kerajaan, upacara penyambutan, adat bagi para pejabat pemerintah yang berujung kedaerahan atau kedesa-desa, upacara perdamaian atas suatu sengketa, alat bagi sejumlah tokoh adat , alat untuk menyampaikan undangan pesta keluarga, alat untuk menyampaikan berita kepada keluarga yang meninggal dunia.

Rotan atau bahan pembuatan kalo bukan asal rotan tetapi rotan batu (uedatu). Ciri-cirinya tumbuhnya sejak muncul dipermukaan tanaksampai beberapa meter panjangnya sama besar batangnya sampai pada ujung paling pucuk.

Rotan uewai (Rotan Kecil) yang tumbuh ditanah-tanah subur dikebun ladang masyarakat dan tidak berduri serta batangnya sama pokok sampai pucuk paling ujung.

Pembuatan kalo bukan asal lingkaran saja tetapi rotannya tidak boleh terbelah masih utuh kemudian dililit  agar membentuk lingkaran kalo dari kiri kekanan sampai tiga kali lilitan lingkaran rotan dan kedua simpulnya (Pe olu ano) sesuai peruntukannya, dan itulah yang disebut kalo.

Simpul kalo atau kepala kalo ada tiga macam masing-masing sebagai berikut :
1.      Simpul muncul tegak keluar dan lainnya tersembunyi,
2.      Simpul kalo muncul seperti angka delapan dan kedua ujung rotan tersembunyi,
3.      Simpul kalo terbentuk seperti tahyat dalam shalat (agama islam) yaitu simpulnya mencul kedua ujungnya satu pendek lainnya menjulur

Dari ketiga jenis simpul (Pe oluno) kalo tersebut memiliki fungsi dan filosofinya tersendiri yaitu sebagai berikut :
1.      Simpul kalo tegak atau muncul satu ujungnya, diperuntukkan dalam proses perkawinan (Perapua) sehingga disimbolkan sebagai salah satu alat vital bagi permpuan.
2.      Simpul kalo berbentuk angka delapan dan kedua ujung rotan tersembunyi diperuntukkan dalam proses mendamaikan kedua belah pihak yang bersengketa baik perseorangan maupun kelompok, Menggambarkan keadilan dalam memutuskan pengadilan adat tolaki dengan filosofinya adalah bahwa keputusan pengadilan adat tolaki tidak berbapak, tidak beribu, tidak beristri dan tidak beranak.
3.      Simpul kalo terbentuk seperti sedang tahyat daam shalat (agama Islam) yaitu sipul yang muncul kedua ujungnya, satu pendek berfungsi sebagai pemberitahuan kedukaan atau meniggal dunia dan ditengah lingkaran kalo diletakkan kalo yang lebih kecil yang terbuat dari seutas kain kaci yang terbentuk kalo atau gambaran kepala manusia serta sala satu ujungnya pendek merupakan kalinya. Filosofinya adalah adanya kain kaci terbentuk kepala jika telah meninggal dunia dan dapat digunakan di tengah kaci.

Dalam pengertian suluruh perangkat hukum adat tolaki harus bersifat adil dan jujur dalam pengambilan keputusan tidak boleh memihak salah seorang atau kelompok  sekalipun ayah, ibu, istri, anak, suami, dari anggota perangkat hukum adat tolaki dalam kata lain tidak boleh adanya KKN. Alangkah mulia dan indahnya keadilan dalam menciptakan perdamaian dimuka bumi seandainya masyarakat indonesia seperti filosofinya.

Kalo sara tidak dapat dipisahkan dari bagian-bagiannya yaitu :
1.      Kalo,
2.      Kain putih,
3.      Siwole uwa (talam),
4.      Bagian dasar kalo itu sendiri ditambah dengan pinang dan daun siri.

Cara membawa kalo sara adalah sebagai berikut :
1.      Maju empat kali, bermakna empat pendamping utama. Mokole konawe/Kerajaan,
2.      Diangkat tiga kali setinggi bahu, bermakna menghormati, ikatan persatuan dalam kehidupan masyarakat (pemerintah, mokole/kerajaan konawe),
3.      Mundur tiga kali, bermakna pembantu utama dilapangan . Mokole/kerajaan konawe,
4.      Setelah mundur tiga kali, kaki dilipat kemudian membicarakan maksud dan tujuan.

Kalo sara tersimpul dalam suatu motto dalam bahasa toloaki berbunyi :
1.      Inae kona sara ieto pinesara (Siapa yang menaati/menjunjung tinggi hukum adat maka diperlakukan dengan baik),
2.      Inae lia sara ieto pinekasara sara (Siapa yang melanggar hukum adat maka akan diberi ganjaran atau sangsi).