BATU LUKIS MOWEWE
Oleh : Hedianto Ismail
Setelah lama diniatkan akhirnya bisa melihat secara dekat Batu Lukis yang bertempat di Desa Ulu Mowewe, Kecamatan Mowewe, Kabupaten Kolaka Timur. Kurang lebih sekitar empat jam perjalanan dari Kota Kendari.
Menurut cerita dari masyarakat bahwa Batu Lukis adalah sebuah batu yang berada ditengah kali, yang dipercayai oleh penduduk sekitar sebagai sisa peninggalan masa lalu. Dinamakan nya batu lukis karena di batu tersebut ada sisi tapak atau jejak dari manusia dan hewan.
Konon ketika Mowewe dilanda kemarau panjang, masyarakat setempat dituntun juru kunci akan melakukan ritual pembasahan batu dengan niat untuk meminta hujan dan setelah batu dibasahi maka seketika juga hujan akan turun membasahi Mowewe.
Kondisi batu lukis saat ini sudah tidak terawat lagi, bahkan jejak tapak yang ada sudah samar untuk dilihat. Semoga saja ada kesadaran dari Pemerintah setempat untuk melestarikan Batu Lukis sebagai cagar budaya milik Suku ToLaki Mekongga di Desa Ulu Mowewe.
Laskar Pelindung Adat Tolaki
Rabu, 14 November 2018
Selasa, 24 Juni 2014
Sejarah singkat P.D.K (Pasukan Djiehad Konawe)
P.D.K (Pasukan Djihad Konawe)
Sekitar thn 1950 atau awal thn 1951 gejolak kekacauan di sulawesi tenggara sudah mulai tampak, bermula di kolaka, kahar muzakar dengan pasukannya memsuki sulawesi tenggara dan menguasai wilayah kendari terus ke arah selatan di sekitar boepinang yang di ikuti perampokan,penculikan dan pembunuhan mewarnai masa itu..
Sejalan dengan meningkatnya aktivitas gerilyawan DI/TII di sulawesi tenggara, maka kewedanan kendari di tempatkan satu batalyon infantri secara berturut-turut adalah batalyon 704 Ko DPSST, kemudian batalyon 512 dari brawijaya, batalyon 718 Ko DPSST, selanjutnya batalyon 718 di tarik dan di ganti mobrig dari jawa timur (rivai nur, 1999: 90)
kehadiran batalyon 704 sebagai perintis operasi militer di kewedanan kendari tdk sprti yang di harapkan sebagai pelindung rakyat, sebaliknya kehadiran batalyon 704 di kendari rakyat mengalami penyiksaan, gadis gadis di ambil secara paksa. Tindakan yang sama di lanjutkan oleh pasukan batalyon 512 brawijaya dan kejahatan itu trus berlangsung hingga datangnya batalyon 718.
Hadirnya batalyon 718 di wilayah kendari menggantikan batalyon 512, rakyat menyambut dengan gembira, mereka menaruh harapan perlindungan dari gangguan dan teror DI/TII pada batalyon ini. Awal mula kehadiran batalyon 718 rakyat dengan sukarela membantu keperluan dan tugas mereka, dalam beberapa hal seperti kebutuhan pangan, rakyat dengan sukarela membantu membrikan kebutuhan-kebutuhan itu, bahkan anggota porsonil batalyon 718 sering di undang oleh penduduk untuk di jamu makanan dan di suguhkan minuman. Pendirian pos pos penjagaan rakyat dengan sukarela datang membantu.
Kerjasama antara tentara dan rakyat hanya berlangsung pada masa awal kedatangan mereka, namun karena tingkah laku para anggota batalyon yang kian hari smakin buruk mengakibatkan rakyat tidak mau lagi untuk bekerjasama dengan tentara, bahkan rakyat menjadi menutup diri. Harapan rakyat untuk mendapatkan rasa aman dan perlindungan dari batalyon ini tdk terpenuhi, bahkan penderitaan yg selama ini mereka rasakan akibat dari tekanan gangguan DI/TII menjadi lebih parah. Akibatx, brdampak pada kehidupan rakyat, DI/TII menjadi semakin gencar melakukan teror, perampokan, penculikan dan pembunuhan, sebagai jawaban dan bentuk perlawanan mereka atas pengiriman pasukan operasi untuk menumpas habis gerilyawan di Sulawesi Tenggara..
Kerusakan struktur pertanian atau perkebunan rakyat akibat pembakaran dan pengrusakan oleh DI/TII di tambah lagi pemerasan dan perampasan harta milik rakyat merupakn salah satu sebab utama timbulnya kemiskinan dan kelaparan di wilayah kendari terutama di desa-desa. Tingginya tingkat intensitas perampokan, pemerkosaan dan perampasan ternak yang sering terjadi di wilayah kendari mengakibatkan lumpuhnya sistem pemerintahan, yang ada hanya ketakutan di kalangan rakyat. Di wilayah kendari bagian selatan seperti lambuya, motaha, tinanggea, landono pada masa itu prnah di landa kelaparan total akibat perampasan dan perampokan oleh DI/TII di tambah batalyon 718, sehingga orang makan apa saja yang bisa di makan, tidak hanya itu struktur sosial budaya juga menjadi porak poranda, adat istiadat daerah kendari tidak di hormati lagi bahkan tidak di hiraukan lagi keberadaannya (lambauta, wawancara 12 april 2001).
Dampak dari kekejaman tindakan batalyon 718 sudah mulai di rasakan sejak tahun 1955 dngn mulai beraninya rakyat melawan demi keluarga dan hartanya yang hal demikian oleh batalyon 718 di tafsirkan sebagai perlawanan. Kendati pun berbagai prlawanan individu sering kali terjadi sebagai protes tindakan-tindakan batalyon 718, akan tetapi tidak menyurutkan aktivitas mereka. Perampasan milik rakyat di barengi tindakan kekerasan malah terus meningkat.
Pada tahun 1953, Alim Taufik berangkat ke kendari setelah bergerilya dengan pasukan hasan basri di kalimantan barat balikpapan karena mendengar berita bahwa di sulawesi tenggara khususnya kendari rakyat mengalami penyiksaan. Setelah Alim Taufik kembali, ia menyaksikan sendiri kebenaran berita itu. Alim Taufik juga merasakan ketidak adilan, terutama pada orang orang tolaki sebagai penduduk asli pribumi.
Untuk melawan ketidak adilan dan tindakan semena-mena, Alim Taufik menghubungi tokoh tokoh bangswan dan pemuda antara lain, Lambauta dari tokoh pemuda, Abdul Sama dari tokoh bangsawan, dan Nurdin Rasiddin dari tokoh pemuda. Mereka bertemu di bekas gedung Zeending School (bioskop lama kota).
Pada bulan maret 1955, mereka membahas tentang keadaan dan situasi kendari yang semakin kacau. Idrus Taufik kemudian mengusulkan membntuk suatu organisasi kelasyakaran untuk melawan ketidak adilan dan tindakan semena-mena yang menimpa rakyat. Usulan ini di terima oleh ke empat tokoh tersebut. Dalam pertemuan penting ini mereka sepakat mengundang tokoh tokoh lainnya yang berada di distrik-distrik pada wilayah kewedanan kendari dalam rangka musyawarah pembentukan organisasi dengan tempat di distrik konda pada tanggal 5 mei 1955.
Hasilnya hadir beberapa tokoh-tokoh yang diundang, antara lain:
1. Idrus taufik
2. MR. Pabelu
3. Mandaha/H. Umar (kepala distrik laeja) mewakili klompok tua
4. Tambi alimin zulkarnaen (mewakili pemuda lasolo)
5. Kasim jufri (mewakili pemuda lambuya)
6. Lambauta dari tokoh pemuda konda
7. Samsuddin dari tokoh pemuda kolaka
8. Sikala pidani dari bangsawan
9. Nurdin rosyidin dari pemuda
10. Abdul husain tamburaka
11. Toka arifin dari pegawai negeri (guru)
12. Hamid hasan
dalam pertemuan ini di sepakati membentuk kelasyakaran tetapi mereka kemudian terbentuk pada penamaan organisasi itu. Idrus Taufik tampil mengusulkan nama organisasi itu adalah "Pasukan Djihad Konawe" di singkat PDK dengan menjelaskan arti dan maksud dari pemberian nama PDK yang terdiri dari 3 suku kata, "Pasukan,Djihad,Konawe".
Pertama, ia memilih suku kata "Pasukan" dengan maksud bahwa pasukan adalah organisasi yang dapat memberi dorongan moril tinggi pada setiap personilnya, dan sifat organisasi ini bergerak, menyerupai tentara yaitu bergerak mengadakan perlawanan fisik.
Kedua, ia memlih suku kata "Djihad" dengan mksud bahwa kata djihad adalah berarti berjuang untuk menegakkan kebenaran, dan mencegah kemungkaran, di dalamnya ada kewajiban dan motivasi mati syahid, ini di ilhami dari ceramah-ceramah agama yang di dengarnya semasa masih di makassar..
Ketiga, ia memlih suku kata "Konawe" dengan alasan konawe adalah nama Kerajaan Tolaki yang pernah berjaya sehingga nama konawe memiliki pengaruh sosial yakni pemersatu orang Tolaki dan persaudaraan serta persamaan, yakni dengan luwu, makassar, bone, ternate dan bungku.
Setelah Alim Taufik mengemukakan nama organisasi ini dengan di sertai alasan-alasan maka ke dua belas anggota menyetujui nama organisasi ini yaitu "Pasukan Djihad Konawe". Selanjutnya ke 12 tokoh ini di tambah Alim Taufik mengikrarkan janji untuk bersatu padu dalam melawan keserakahan,ketidak adilan dan kekuasaan.
Sumber : Sejarah Identitas Suku Tolaki (Basrin Melamba)
Sekitar thn 1950 atau awal thn 1951 gejolak kekacauan di sulawesi tenggara sudah mulai tampak, bermula di kolaka, kahar muzakar dengan pasukannya memsuki sulawesi tenggara dan menguasai wilayah kendari terus ke arah selatan di sekitar boepinang yang di ikuti perampokan,penculikan dan pembunuhan mewarnai masa itu..
Sejalan dengan meningkatnya aktivitas gerilyawan DI/TII di sulawesi tenggara, maka kewedanan kendari di tempatkan satu batalyon infantri secara berturut-turut adalah batalyon 704 Ko DPSST, kemudian batalyon 512 dari brawijaya, batalyon 718 Ko DPSST, selanjutnya batalyon 718 di tarik dan di ganti mobrig dari jawa timur (rivai nur, 1999: 90)
kehadiran batalyon 704 sebagai perintis operasi militer di kewedanan kendari tdk sprti yang di harapkan sebagai pelindung rakyat, sebaliknya kehadiran batalyon 704 di kendari rakyat mengalami penyiksaan, gadis gadis di ambil secara paksa. Tindakan yang sama di lanjutkan oleh pasukan batalyon 512 brawijaya dan kejahatan itu trus berlangsung hingga datangnya batalyon 718.
Hadirnya batalyon 718 di wilayah kendari menggantikan batalyon 512, rakyat menyambut dengan gembira, mereka menaruh harapan perlindungan dari gangguan dan teror DI/TII pada batalyon ini. Awal mula kehadiran batalyon 718 rakyat dengan sukarela membantu keperluan dan tugas mereka, dalam beberapa hal seperti kebutuhan pangan, rakyat dengan sukarela membantu membrikan kebutuhan-kebutuhan itu, bahkan anggota porsonil batalyon 718 sering di undang oleh penduduk untuk di jamu makanan dan di suguhkan minuman. Pendirian pos pos penjagaan rakyat dengan sukarela datang membantu.
Kerjasama antara tentara dan rakyat hanya berlangsung pada masa awal kedatangan mereka, namun karena tingkah laku para anggota batalyon yang kian hari smakin buruk mengakibatkan rakyat tidak mau lagi untuk bekerjasama dengan tentara, bahkan rakyat menjadi menutup diri. Harapan rakyat untuk mendapatkan rasa aman dan perlindungan dari batalyon ini tdk terpenuhi, bahkan penderitaan yg selama ini mereka rasakan akibat dari tekanan gangguan DI/TII menjadi lebih parah. Akibatx, brdampak pada kehidupan rakyat, DI/TII menjadi semakin gencar melakukan teror, perampokan, penculikan dan pembunuhan, sebagai jawaban dan bentuk perlawanan mereka atas pengiriman pasukan operasi untuk menumpas habis gerilyawan di Sulawesi Tenggara..
Kerusakan struktur pertanian atau perkebunan rakyat akibat pembakaran dan pengrusakan oleh DI/TII di tambah lagi pemerasan dan perampasan harta milik rakyat merupakn salah satu sebab utama timbulnya kemiskinan dan kelaparan di wilayah kendari terutama di desa-desa. Tingginya tingkat intensitas perampokan, pemerkosaan dan perampasan ternak yang sering terjadi di wilayah kendari mengakibatkan lumpuhnya sistem pemerintahan, yang ada hanya ketakutan di kalangan rakyat. Di wilayah kendari bagian selatan seperti lambuya, motaha, tinanggea, landono pada masa itu prnah di landa kelaparan total akibat perampasan dan perampokan oleh DI/TII di tambah batalyon 718, sehingga orang makan apa saja yang bisa di makan, tidak hanya itu struktur sosial budaya juga menjadi porak poranda, adat istiadat daerah kendari tidak di hormati lagi bahkan tidak di hiraukan lagi keberadaannya (lambauta, wawancara 12 april 2001).
Dampak dari kekejaman tindakan batalyon 718 sudah mulai di rasakan sejak tahun 1955 dngn mulai beraninya rakyat melawan demi keluarga dan hartanya yang hal demikian oleh batalyon 718 di tafsirkan sebagai perlawanan. Kendati pun berbagai prlawanan individu sering kali terjadi sebagai protes tindakan-tindakan batalyon 718, akan tetapi tidak menyurutkan aktivitas mereka. Perampasan milik rakyat di barengi tindakan kekerasan malah terus meningkat.
Pada tahun 1953, Alim Taufik berangkat ke kendari setelah bergerilya dengan pasukan hasan basri di kalimantan barat balikpapan karena mendengar berita bahwa di sulawesi tenggara khususnya kendari rakyat mengalami penyiksaan. Setelah Alim Taufik kembali, ia menyaksikan sendiri kebenaran berita itu. Alim Taufik juga merasakan ketidak adilan, terutama pada orang orang tolaki sebagai penduduk asli pribumi.
Untuk melawan ketidak adilan dan tindakan semena-mena, Alim Taufik menghubungi tokoh tokoh bangswan dan pemuda antara lain, Lambauta dari tokoh pemuda, Abdul Sama dari tokoh bangsawan, dan Nurdin Rasiddin dari tokoh pemuda. Mereka bertemu di bekas gedung Zeending School (bioskop lama kota).
Pada bulan maret 1955, mereka membahas tentang keadaan dan situasi kendari yang semakin kacau. Idrus Taufik kemudian mengusulkan membntuk suatu organisasi kelasyakaran untuk melawan ketidak adilan dan tindakan semena-mena yang menimpa rakyat. Usulan ini di terima oleh ke empat tokoh tersebut. Dalam pertemuan penting ini mereka sepakat mengundang tokoh tokoh lainnya yang berada di distrik-distrik pada wilayah kewedanan kendari dalam rangka musyawarah pembentukan organisasi dengan tempat di distrik konda pada tanggal 5 mei 1955.
Hasilnya hadir beberapa tokoh-tokoh yang diundang, antara lain:
1. Idrus taufik
2. MR. Pabelu
3. Mandaha/H. Umar (kepala distrik laeja) mewakili klompok tua
4. Tambi alimin zulkarnaen (mewakili pemuda lasolo)
5. Kasim jufri (mewakili pemuda lambuya)
6. Lambauta dari tokoh pemuda konda
7. Samsuddin dari tokoh pemuda kolaka
8. Sikala pidani dari bangsawan
9. Nurdin rosyidin dari pemuda
10. Abdul husain tamburaka
11. Toka arifin dari pegawai negeri (guru)
12. Hamid hasan
dalam pertemuan ini di sepakati membentuk kelasyakaran tetapi mereka kemudian terbentuk pada penamaan organisasi itu. Idrus Taufik tampil mengusulkan nama organisasi itu adalah "Pasukan Djihad Konawe" di singkat PDK dengan menjelaskan arti dan maksud dari pemberian nama PDK yang terdiri dari 3 suku kata, "Pasukan,Djihad,Konawe".
Pertama, ia memilih suku kata "Pasukan" dengan maksud bahwa pasukan adalah organisasi yang dapat memberi dorongan moril tinggi pada setiap personilnya, dan sifat organisasi ini bergerak, menyerupai tentara yaitu bergerak mengadakan perlawanan fisik.
Kedua, ia memlih suku kata "Djihad" dengan mksud bahwa kata djihad adalah berarti berjuang untuk menegakkan kebenaran, dan mencegah kemungkaran, di dalamnya ada kewajiban dan motivasi mati syahid, ini di ilhami dari ceramah-ceramah agama yang di dengarnya semasa masih di makassar..
Ketiga, ia memlih suku kata "Konawe" dengan alasan konawe adalah nama Kerajaan Tolaki yang pernah berjaya sehingga nama konawe memiliki pengaruh sosial yakni pemersatu orang Tolaki dan persaudaraan serta persamaan, yakni dengan luwu, makassar, bone, ternate dan bungku.
Setelah Alim Taufik mengemukakan nama organisasi ini dengan di sertai alasan-alasan maka ke dua belas anggota menyetujui nama organisasi ini yaitu "Pasukan Djihad Konawe". Selanjutnya ke 12 tokoh ini di tambah Alim Taufik mengikrarkan janji untuk bersatu padu dalam melawan keserakahan,ketidak adilan dan kekuasaan.
Sumber : Sejarah Identitas Suku Tolaki (Basrin Melamba)
KaloSara
Kalo Sara merupakan tata nilai yang
mengatur lembaga, suku dan lain hal agar suku tolaki di dunia dan akhirat aman
dan kekal untuk sepanjang zaman bila melestarikan budaya tolaki. Kalo sara juga
merupakan sesuatu yang yang mampu menciptakan suasana ditengah-tengah
masyarakat yang modernisasi.
Kalo sara ditempatkan sebagai
pengantar tata kehidupan dan penghidupan dalam pergaulan, kerukunan, dan
kedamaian yang bersendikan norma-norma, hukum adat yang diberlakukan di semua
tingkatan ataupun golongan.
Selanjutnya kalo sara dalam
masyarakat suku adat tolaki ditempatkan secara terhormat dan tertinggi dalam
kehidupan didunia dan akhirat
Pengertian kalo sara menurut almarhum
Prof. Dr. Abdul Rauf Tarimana adalah sebuah lingkaran kota yang terdiri dari
tiga lilit. Kalao sara ditempatkan sebagai pengantar tata hidup dan penghidupan
dalam penghidupan, kerukunan, dan kedamaian yang bersendikan norma-norma hukum.
Kalo sara terbagi tiga
golongan/tingkatan yaitu :
1.
Lingkaran
sebesar bahu (sebesar 45 cm). Digunakan untuk bangsawan,
2.
Lingkaran
sebesar kepala (sebesar 40 cm). Digunakan untuk orang kebanyakan,
3.
Lingkaran
sebesar lutut (sebesar 30 cm).
Pada hakekatnya kalo menurut hukum
adat tolaki merupakan simbol kelahiran dan kehidupan manusia dimuka bumi sampai
akhir hayat.
Adapun filosofi lingkaran kalo adalah
sebagai berikut :
1.
Pada
saat kita lahir didunia melewati rahim ibu sehingga dalam agama islam
menjelaskan bahwa surga berada ditelapak kaki ibu. Sementara itu proses
kelahiran normal bayi manusia adalah kepala yang muncul pertama di dunia dan
menyusul anggota badan lainnya,
2.
Lingkaran
kalo dimaksud merupakan simbol perkawinan hubungan badan suami istri melewati
vegina (rahim istri) untuk mengembangkan keturunan manusia.
3.
Lingkaran
kalo tersebut merupakan simbol kematian, karena manusia dimuka bumi ini pasti
mengalami kematian dan melalui liang lahat atau liang kematian.
Jadi pada hakekatnya lingkaran kalo
tersebut adalah simbol manusia, norma, kepala, bahu dan lutut, kaki atau anggota tubuh lainnya. Dari ketiga tubuh
manusia tersebut yang pertama menghirup udara didunia waktu dilahirkan adalah
kepala letaknya diatas dan tertinggi dari anggota tubuh lainnya. Pada bagian
kepala terdapat panca indra dan terdapat otak yang berfungsi sebagai alat
berpikir untuk merencanakan dan melaksanakan keinginan manusia baik positif
maupun negatif yang dikoordinasikan dengan hati atau roh dan syaraf lainnya
untuk didekati atau dilaksanakan sehingga kepala adalah kekusaan tertinggi dan
kehormatan bagi manusia baik lahiria maupun batiniah.
Kalo Sara Menurut Hukum Adat Tolaki
Bila mana terdesak pengganti kalo untuk menyelamatkan jiwa dari bahaya sesama
manusia dapat langsung membuka tutup kepala baik kopiah maupun destor
(lesu-usu) dan meletakkan dihadapan lawan.
Filosofinya merupakan pengganti
kepala, sehingga fungsi kalo dapat meredam emosional manusia dari kemarahan dan
itulah sakralnya kalo bagi masyarakat. Hukum adat tolaki, serta diyakini
manusia siapa saja yang melanggar dapat terkena dampak negatif atau sangsi.
Makna lambang kalo sara adalah
sebagai berikut :
1.
Kalo
sara rotan yang di tiga dan kedua ujungnya diikat satu yang bermakna suatu
persatuan dan kesatuan dalam kehidupan masyarakat.
2.
Bentuk
kalo yang bulat melambangkan kesatuan rohani dan jasmani dari unsur mnusia yang
utuh.
3.
Sehelai
kain putih yang menjadi alas pertama dari kalo tersebut melambangkan kesucian,
ketentraman, kesejahteraan, dan kemakmuran
4.
Talam
persegi empat yang terbuat dari anyaman daun pandan sebagai alas paling bawah
dari kalo melambangkan unsur-unsur kesenian yang terdiri dari unsur angin, air,
udara, api,yang ada pada manusia.
Dalam kalo itu sendiri apa bila
diletakkan bersamaan dengn aksesorisnya dalam suku tolaki maka kalo juga dapat
disimpulkan dari tiga komponen stratifikasi sosial sebagai berikut :
1.
Golongan
bangsawan disimbolkan dengan lingkaran rotan,
2.
Golongan
orang kebanyakan (rakyat) disimbolkan dengan kain putih,
3.
Golongan
budak disimbolkan dengan wadah anyaman.
Kalo sara yaitu kalo yang digunakan
sebagai alat upacara perkawinan adat, upacara peantikan raja di zaman kerajaan,
upacara penyambutan, adat bagi para pejabat pemerintah yang berujung kedaerahan
atau kedesa-desa, upacara perdamaian atas suatu sengketa, alat bagi sejumlah
tokoh adat , alat untuk menyampaikan undangan pesta keluarga, alat untuk
menyampaikan berita kepada keluarga yang meninggal dunia.
Rotan atau bahan pembuatan kalo bukan
asal rotan tetapi rotan batu (uedatu). Ciri-cirinya tumbuhnya sejak muncul
dipermukaan tanaksampai beberapa meter panjangnya sama besar batangnya sampai
pada ujung paling pucuk.
Rotan uewai (Rotan Kecil) yang tumbuh
ditanah-tanah subur dikebun ladang masyarakat dan tidak berduri serta batangnya
sama pokok sampai pucuk paling ujung.
Pembuatan kalo bukan asal lingkaran
saja tetapi rotannya tidak boleh terbelah masih utuh kemudian dililit agar membentuk lingkaran kalo dari kiri
kekanan sampai tiga kali lilitan lingkaran rotan dan kedua simpulnya (Pe olu
ano) sesuai peruntukannya, dan itulah yang disebut kalo.
Simpul kalo atau kepala kalo ada tiga
macam masing-masing sebagai berikut :
1.
Simpul
muncul tegak keluar dan lainnya tersembunyi,
2.
Simpul
kalo muncul seperti angka delapan dan kedua ujung rotan tersembunyi,
3.
Simpul
kalo terbentuk seperti tahyat dalam shalat (agama islam) yaitu simpulnya mencul
kedua ujungnya satu pendek lainnya menjulur
Dari ketiga jenis simpul (Pe oluno)
kalo tersebut memiliki fungsi dan filosofinya tersendiri yaitu sebagai berikut
:
1.
Simpul
kalo tegak atau muncul satu ujungnya, diperuntukkan dalam proses perkawinan
(Perapua) sehingga disimbolkan sebagai salah satu alat vital bagi permpuan.
2.
Simpul
kalo berbentuk angka delapan dan kedua ujung rotan tersembunyi diperuntukkan
dalam proses mendamaikan kedua belah pihak yang bersengketa baik perseorangan
maupun kelompok, Menggambarkan keadilan dalam memutuskan pengadilan adat tolaki
dengan filosofinya adalah bahwa keputusan pengadilan adat tolaki tidak
berbapak, tidak beribu, tidak beristri dan tidak beranak.
3.
Simpul
kalo terbentuk seperti sedang tahyat daam shalat (agama Islam) yaitu sipul yang
muncul kedua ujungnya, satu pendek berfungsi sebagai pemberitahuan kedukaan
atau meniggal dunia dan ditengah lingkaran kalo diletakkan kalo yang lebih
kecil yang terbuat dari seutas kain kaci yang terbentuk kalo atau gambaran
kepala manusia serta sala satu ujungnya pendek merupakan kalinya. Filosofinya
adalah adanya kain kaci terbentuk kepala jika telah meninggal dunia dan dapat
digunakan di tengah kaci.
Dalam pengertian suluruh perangkat
hukum adat tolaki harus bersifat adil dan jujur dalam pengambilan keputusan
tidak boleh memihak salah seorang atau kelompok
sekalipun ayah, ibu, istri, anak, suami, dari anggota perangkat hukum
adat tolaki dalam kata lain tidak boleh adanya KKN. Alangkah mulia dan indahnya
keadilan dalam menciptakan perdamaian dimuka bumi seandainya masyarakat
indonesia seperti filosofinya.
Kalo sara tidak dapat dipisahkan dari
bagian-bagiannya yaitu :
1.
Kalo,
2.
Kain
putih,
3.
Siwole
uwa (talam),
4.
Bagian
dasar kalo itu sendiri ditambah dengan pinang dan daun siri.
Cara membawa kalo sara adalah sebagai
berikut :
1.
Maju
empat kali, bermakna empat pendamping utama. Mokole konawe/Kerajaan,
2.
Diangkat
tiga kali setinggi bahu, bermakna menghormati, ikatan persatuan dalam kehidupan
masyarakat (pemerintah, mokole/kerajaan konawe),
3.
Mundur
tiga kali, bermakna pembantu utama dilapangan . Mokole/kerajaan konawe,
4.
Setelah
mundur tiga kali, kaki dilipat kemudian membicarakan maksud dan tujuan.
Kalo sara tersimpul dalam suatu motto
dalam bahasa toloaki berbunyi :
1.
Inae
kona sara ieto pinesara (Siapa yang menaati/menjunjung tinggi hukum adat maka
diperlakukan dengan baik),
2.
Inae
lia sara ieto pinekasara sara (Siapa yang melanggar hukum adat maka akan diberi
ganjaran atau sangsi).
Langganan:
Postingan (Atom)