P.D.K (Pasukan Djihad Konawe)
Sekitar thn 1950 atau awal thn 1951 gejolak kekacauan di sulawesi tenggara sudah mulai tampak, bermula di kolaka, kahar muzakar dengan pasukannya memsuki sulawesi tenggara dan menguasai wilayah kendari terus ke arah selatan di sekitar boepinang yang di ikuti perampokan,penculikan dan pembunuhan mewarnai masa itu..
Sejalan dengan meningkatnya aktivitas gerilyawan DI/TII di sulawesi tenggara, maka kewedanan kendari di tempatkan satu batalyon infantri secara berturut-turut adalah batalyon 704 Ko DPSST, kemudian batalyon 512 dari brawijaya, batalyon 718 Ko DPSST, selanjutnya batalyon 718 di tarik dan di ganti mobrig dari jawa timur (rivai nur, 1999: 90)
kehadiran batalyon 704 sebagai perintis operasi militer di kewedanan kendari tdk sprti yang di harapkan sebagai pelindung rakyat, sebaliknya kehadiran batalyon 704 di kendari rakyat mengalami penyiksaan, gadis gadis di ambil secara paksa. Tindakan yang sama di lanjutkan oleh pasukan batalyon 512 brawijaya dan kejahatan itu trus berlangsung hingga datangnya batalyon 718.
Hadirnya batalyon 718 di wilayah kendari menggantikan batalyon 512, rakyat menyambut dengan gembira, mereka menaruh harapan perlindungan dari gangguan dan teror DI/TII pada batalyon ini. Awal mula kehadiran batalyon 718 rakyat dengan sukarela membantu keperluan dan tugas mereka, dalam beberapa hal seperti kebutuhan pangan, rakyat dengan sukarela membantu membrikan kebutuhan-kebutuhan itu, bahkan anggota porsonil batalyon 718 sering di undang oleh penduduk untuk di jamu makanan dan di suguhkan minuman. Pendirian pos pos penjagaan rakyat dengan sukarela datang membantu.
Kerjasama antara tentara dan rakyat hanya berlangsung pada masa awal kedatangan mereka, namun karena tingkah laku para anggota batalyon yang kian hari smakin buruk mengakibatkan rakyat tidak mau lagi untuk bekerjasama dengan tentara, bahkan rakyat menjadi menutup diri. Harapan rakyat untuk mendapatkan rasa aman dan perlindungan dari batalyon ini tdk terpenuhi, bahkan penderitaan yg selama ini mereka rasakan akibat dari tekanan gangguan DI/TII menjadi lebih parah. Akibatx, brdampak pada kehidupan rakyat, DI/TII menjadi semakin gencar melakukan teror, perampokan, penculikan dan pembunuhan, sebagai jawaban dan bentuk perlawanan mereka atas pengiriman pasukan operasi untuk menumpas habis gerilyawan di Sulawesi Tenggara..
Kerusakan struktur pertanian atau perkebunan rakyat akibat pembakaran dan pengrusakan oleh DI/TII di tambah lagi pemerasan dan perampasan harta milik rakyat merupakn salah satu sebab utama timbulnya kemiskinan dan kelaparan di wilayah kendari terutama di desa-desa. Tingginya tingkat intensitas perampokan, pemerkosaan dan perampasan ternak yang sering terjadi di wilayah kendari mengakibatkan lumpuhnya sistem pemerintahan, yang ada hanya ketakutan di kalangan rakyat. Di wilayah kendari bagian selatan seperti lambuya, motaha, tinanggea, landono pada masa itu prnah di landa kelaparan total akibat perampasan dan perampokan oleh DI/TII di tambah batalyon 718, sehingga orang makan apa saja yang bisa di makan, tidak hanya itu struktur sosial budaya juga menjadi porak poranda, adat istiadat daerah kendari tidak di hormati lagi bahkan tidak di hiraukan lagi keberadaannya (lambauta, wawancara 12 april 2001).
Dampak dari kekejaman tindakan batalyon 718 sudah mulai di rasakan sejak tahun 1955 dngn mulai beraninya rakyat melawan demi keluarga dan hartanya yang hal demikian oleh batalyon 718 di tafsirkan sebagai perlawanan. Kendati pun berbagai prlawanan individu sering kali terjadi sebagai protes tindakan-tindakan batalyon 718, akan tetapi tidak menyurutkan aktivitas mereka. Perampasan milik rakyat di barengi tindakan kekerasan malah terus meningkat.
Pada tahun 1953, Alim Taufik berangkat ke kendari setelah bergerilya dengan pasukan hasan basri di kalimantan barat balikpapan karena mendengar berita bahwa di sulawesi tenggara khususnya kendari rakyat mengalami penyiksaan. Setelah Alim Taufik kembali, ia menyaksikan sendiri kebenaran berita itu. Alim Taufik juga merasakan ketidak adilan, terutama pada orang orang tolaki sebagai penduduk asli pribumi.
Untuk melawan ketidak adilan dan tindakan semena-mena, Alim Taufik menghubungi tokoh tokoh bangswan dan pemuda antara lain, Lambauta dari tokoh pemuda, Abdul Sama dari tokoh bangsawan, dan Nurdin Rasiddin dari tokoh pemuda. Mereka bertemu di bekas gedung Zeending School (bioskop lama kota).
Pada bulan maret 1955, mereka membahas tentang keadaan dan situasi kendari yang semakin kacau. Idrus Taufik kemudian mengusulkan membntuk suatu organisasi kelasyakaran untuk melawan ketidak adilan dan tindakan semena-mena yang menimpa rakyat. Usulan ini di terima oleh ke empat tokoh tersebut. Dalam pertemuan penting ini mereka sepakat mengundang tokoh tokoh lainnya yang berada di distrik-distrik pada wilayah kewedanan kendari dalam rangka musyawarah pembentukan organisasi dengan tempat di distrik konda pada tanggal 5 mei 1955.
Hasilnya hadir beberapa tokoh-tokoh yang diundang, antara lain:
1. Idrus taufik
2. MR. Pabelu
3. Mandaha/H. Umar (kepala distrik laeja) mewakili klompok tua
4. Tambi alimin zulkarnaen (mewakili pemuda lasolo)
5. Kasim jufri (mewakili pemuda lambuya)
6. Lambauta dari tokoh pemuda konda
7. Samsuddin dari tokoh pemuda kolaka
8. Sikala pidani dari bangsawan
9. Nurdin rosyidin dari pemuda
10. Abdul husain tamburaka
11. Toka arifin dari pegawai negeri (guru)
12. Hamid hasan
dalam pertemuan ini di sepakati membentuk kelasyakaran tetapi mereka kemudian terbentuk pada penamaan organisasi itu. Idrus Taufik tampil mengusulkan nama organisasi itu adalah "Pasukan Djihad Konawe" di singkat PDK dengan menjelaskan arti dan maksud dari pemberian nama PDK yang terdiri dari 3 suku kata, "Pasukan,Djihad,Konawe".
Pertama, ia memilih suku kata "Pasukan" dengan maksud bahwa pasukan adalah organisasi yang dapat memberi dorongan moril tinggi pada setiap personilnya, dan sifat organisasi ini bergerak, menyerupai tentara yaitu bergerak mengadakan perlawanan fisik.
Kedua, ia memlih suku kata "Djihad" dengan mksud bahwa kata djihad adalah berarti berjuang untuk menegakkan kebenaran, dan mencegah kemungkaran, di dalamnya ada kewajiban dan motivasi mati syahid, ini di ilhami dari ceramah-ceramah agama yang di dengarnya semasa masih di makassar..
Ketiga, ia memlih suku kata "Konawe" dengan alasan konawe adalah nama Kerajaan Tolaki yang pernah berjaya sehingga nama konawe memiliki pengaruh sosial yakni pemersatu orang Tolaki dan persaudaraan serta persamaan, yakni dengan luwu, makassar, bone, ternate dan bungku.
Setelah Alim Taufik mengemukakan nama organisasi ini dengan di sertai alasan-alasan maka ke dua belas anggota menyetujui nama organisasi ini yaitu "Pasukan Djihad Konawe". Selanjutnya ke 12 tokoh ini di tambah Alim Taufik mengikrarkan janji untuk bersatu padu dalam melawan keserakahan,ketidak adilan dan kekuasaan.
Sumber : Sejarah Identitas Suku Tolaki (Basrin Melamba)
Sekitar thn 1950 atau awal thn 1951 gejolak kekacauan di sulawesi tenggara sudah mulai tampak, bermula di kolaka, kahar muzakar dengan pasukannya memsuki sulawesi tenggara dan menguasai wilayah kendari terus ke arah selatan di sekitar boepinang yang di ikuti perampokan,penculikan dan pembunuhan mewarnai masa itu..
Sejalan dengan meningkatnya aktivitas gerilyawan DI/TII di sulawesi tenggara, maka kewedanan kendari di tempatkan satu batalyon infantri secara berturut-turut adalah batalyon 704 Ko DPSST, kemudian batalyon 512 dari brawijaya, batalyon 718 Ko DPSST, selanjutnya batalyon 718 di tarik dan di ganti mobrig dari jawa timur (rivai nur, 1999: 90)
kehadiran batalyon 704 sebagai perintis operasi militer di kewedanan kendari tdk sprti yang di harapkan sebagai pelindung rakyat, sebaliknya kehadiran batalyon 704 di kendari rakyat mengalami penyiksaan, gadis gadis di ambil secara paksa. Tindakan yang sama di lanjutkan oleh pasukan batalyon 512 brawijaya dan kejahatan itu trus berlangsung hingga datangnya batalyon 718.
Hadirnya batalyon 718 di wilayah kendari menggantikan batalyon 512, rakyat menyambut dengan gembira, mereka menaruh harapan perlindungan dari gangguan dan teror DI/TII pada batalyon ini. Awal mula kehadiran batalyon 718 rakyat dengan sukarela membantu keperluan dan tugas mereka, dalam beberapa hal seperti kebutuhan pangan, rakyat dengan sukarela membantu membrikan kebutuhan-kebutuhan itu, bahkan anggota porsonil batalyon 718 sering di undang oleh penduduk untuk di jamu makanan dan di suguhkan minuman. Pendirian pos pos penjagaan rakyat dengan sukarela datang membantu.
Kerjasama antara tentara dan rakyat hanya berlangsung pada masa awal kedatangan mereka, namun karena tingkah laku para anggota batalyon yang kian hari smakin buruk mengakibatkan rakyat tidak mau lagi untuk bekerjasama dengan tentara, bahkan rakyat menjadi menutup diri. Harapan rakyat untuk mendapatkan rasa aman dan perlindungan dari batalyon ini tdk terpenuhi, bahkan penderitaan yg selama ini mereka rasakan akibat dari tekanan gangguan DI/TII menjadi lebih parah. Akibatx, brdampak pada kehidupan rakyat, DI/TII menjadi semakin gencar melakukan teror, perampokan, penculikan dan pembunuhan, sebagai jawaban dan bentuk perlawanan mereka atas pengiriman pasukan operasi untuk menumpas habis gerilyawan di Sulawesi Tenggara..
Kerusakan struktur pertanian atau perkebunan rakyat akibat pembakaran dan pengrusakan oleh DI/TII di tambah lagi pemerasan dan perampasan harta milik rakyat merupakn salah satu sebab utama timbulnya kemiskinan dan kelaparan di wilayah kendari terutama di desa-desa. Tingginya tingkat intensitas perampokan, pemerkosaan dan perampasan ternak yang sering terjadi di wilayah kendari mengakibatkan lumpuhnya sistem pemerintahan, yang ada hanya ketakutan di kalangan rakyat. Di wilayah kendari bagian selatan seperti lambuya, motaha, tinanggea, landono pada masa itu prnah di landa kelaparan total akibat perampasan dan perampokan oleh DI/TII di tambah batalyon 718, sehingga orang makan apa saja yang bisa di makan, tidak hanya itu struktur sosial budaya juga menjadi porak poranda, adat istiadat daerah kendari tidak di hormati lagi bahkan tidak di hiraukan lagi keberadaannya (lambauta, wawancara 12 april 2001).
Dampak dari kekejaman tindakan batalyon 718 sudah mulai di rasakan sejak tahun 1955 dngn mulai beraninya rakyat melawan demi keluarga dan hartanya yang hal demikian oleh batalyon 718 di tafsirkan sebagai perlawanan. Kendati pun berbagai prlawanan individu sering kali terjadi sebagai protes tindakan-tindakan batalyon 718, akan tetapi tidak menyurutkan aktivitas mereka. Perampasan milik rakyat di barengi tindakan kekerasan malah terus meningkat.
Pada tahun 1953, Alim Taufik berangkat ke kendari setelah bergerilya dengan pasukan hasan basri di kalimantan barat balikpapan karena mendengar berita bahwa di sulawesi tenggara khususnya kendari rakyat mengalami penyiksaan. Setelah Alim Taufik kembali, ia menyaksikan sendiri kebenaran berita itu. Alim Taufik juga merasakan ketidak adilan, terutama pada orang orang tolaki sebagai penduduk asli pribumi.
Untuk melawan ketidak adilan dan tindakan semena-mena, Alim Taufik menghubungi tokoh tokoh bangswan dan pemuda antara lain, Lambauta dari tokoh pemuda, Abdul Sama dari tokoh bangsawan, dan Nurdin Rasiddin dari tokoh pemuda. Mereka bertemu di bekas gedung Zeending School (bioskop lama kota).
Pada bulan maret 1955, mereka membahas tentang keadaan dan situasi kendari yang semakin kacau. Idrus Taufik kemudian mengusulkan membntuk suatu organisasi kelasyakaran untuk melawan ketidak adilan dan tindakan semena-mena yang menimpa rakyat. Usulan ini di terima oleh ke empat tokoh tersebut. Dalam pertemuan penting ini mereka sepakat mengundang tokoh tokoh lainnya yang berada di distrik-distrik pada wilayah kewedanan kendari dalam rangka musyawarah pembentukan organisasi dengan tempat di distrik konda pada tanggal 5 mei 1955.
Hasilnya hadir beberapa tokoh-tokoh yang diundang, antara lain:
1. Idrus taufik
2. MR. Pabelu
3. Mandaha/H. Umar (kepala distrik laeja) mewakili klompok tua
4. Tambi alimin zulkarnaen (mewakili pemuda lasolo)
5. Kasim jufri (mewakili pemuda lambuya)
6. Lambauta dari tokoh pemuda konda
7. Samsuddin dari tokoh pemuda kolaka
8. Sikala pidani dari bangsawan
9. Nurdin rosyidin dari pemuda
10. Abdul husain tamburaka
11. Toka arifin dari pegawai negeri (guru)
12. Hamid hasan
dalam pertemuan ini di sepakati membentuk kelasyakaran tetapi mereka kemudian terbentuk pada penamaan organisasi itu. Idrus Taufik tampil mengusulkan nama organisasi itu adalah "Pasukan Djihad Konawe" di singkat PDK dengan menjelaskan arti dan maksud dari pemberian nama PDK yang terdiri dari 3 suku kata, "Pasukan,Djihad,Konawe".
Pertama, ia memilih suku kata "Pasukan" dengan maksud bahwa pasukan adalah organisasi yang dapat memberi dorongan moril tinggi pada setiap personilnya, dan sifat organisasi ini bergerak, menyerupai tentara yaitu bergerak mengadakan perlawanan fisik.
Kedua, ia memlih suku kata "Djihad" dengan mksud bahwa kata djihad adalah berarti berjuang untuk menegakkan kebenaran, dan mencegah kemungkaran, di dalamnya ada kewajiban dan motivasi mati syahid, ini di ilhami dari ceramah-ceramah agama yang di dengarnya semasa masih di makassar..
Ketiga, ia memlih suku kata "Konawe" dengan alasan konawe adalah nama Kerajaan Tolaki yang pernah berjaya sehingga nama konawe memiliki pengaruh sosial yakni pemersatu orang Tolaki dan persaudaraan serta persamaan, yakni dengan luwu, makassar, bone, ternate dan bungku.
Setelah Alim Taufik mengemukakan nama organisasi ini dengan di sertai alasan-alasan maka ke dua belas anggota menyetujui nama organisasi ini yaitu "Pasukan Djihad Konawe". Selanjutnya ke 12 tokoh ini di tambah Alim Taufik mengikrarkan janji untuk bersatu padu dalam melawan keserakahan,ketidak adilan dan kekuasaan.
Sumber : Sejarah Identitas Suku Tolaki (Basrin Melamba)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar